Pada kehidupan di dunia, setiap manusia ingin merasa bahagia dan menikmati kebahagiaan. Tidak sebentar, ingin rasanya kebahagiaan tersebut bertahan selamanya. Jadi sebenarnya apa itu kebahagiaan? Sehingga semua orang berlomba-lomba ingin merasa bahagia?
Bahagia merupakan keadaan atau perasaan senang dan tentram, terbebas dari segala hal yang menyusahkan. Kebahagiaan diliputi oleh rasa nyaman yang menghasilkan emosi positif dan mendorong kegembiraan pada diri seseorang.
Terkadang kita sebagai manusia luput sehingga untuk mencapai kondisi bahagia kita terjebak dengan makna dari kebahagiaan itu sendiri. Cenderung kita memaknai kebahagiaan saat kita memiliki kehidupan yang mapan dengan harta yang banyak. Inilah makna bahagia yang dibiarkan berkembang dalam pikiran manusia, padahal Allah SWT berfirman tentang fenomena bahagia sebagai kenikmatan dunia yang sedikit atau semu.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada hal-hal yang diiingini (nafsu), yaitu Wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). “ (QS Ali Imran 3 :14).
Indahnya dunia membuat kita terlarut bahkan menutup mata karena terpesona dan terpukau akan gemerlapnya dunia sehingga melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada perjalanan menuju suatu tempat untuk beristirahat sejenak, ada pemandangan yang menggambarkan bahagia itu sederhana, Dimana seorang nenek tua tersenyum seraya bersyukur setelah pisang yang dijualnya dibeli. Atau saat seseorang telah memberi sedikit rezekinya untuk mereka yang membutuhkan disaat ia pun tengah kesulitan. Sesederhana itu kebahagiaan yang dicintai Allah SWT, dimana kebahagiaan tidak dirasakan sendiri namun diberikan pula kepada orang lain. Seseorang pernah mengatakan bahwa “Kebahagiaan bukan seberapa banyak harta yang kita punya, namun seberapa besar yang kita beri.”
Islam mengajarkan kita untuk membagi rezeki yang dimiliki kepada orang-orang yang membutuhkan melalui zakat. Zakat sendiri dibagikan kepada mereka apabila harta yang dimiliki telah mencapai nishab, kecuali zakat fitrah pada bulan Ramadhan yang wajib disalurkan apabila kita mampu.
Sahabat, zakat tidak hanya menggugurkan kewajiban kita sebagai seorang muslim. Nyatanya ada kebahagiaan yang dapat diwujudkan dengan berzakat. Tidak hanya bagi para penerima, namun kebahagiaan bagi mereka yang telah memberi. Ada perasaan tersendiri disaat kita mengeluarkan harta untuk membantu mereka yang membutuhkan, kepuasaan hati dan bahagia karena mampu membantu orang walaupun tidak banyak yang diberi, Begitun kebahagiaan bagi mereka yang menerima zakat, sedikit beban berat yang dipikul mereka selama diringankan dengan bantuan yang diberikan muzakki.
Dunia hanyalah tempat kita bersinggah untuk perjalanan Panjang menuju akhirat, gelimang harta untuk kebahagiaan di dunia tidak akan pernah kita bawa. Hanya amal kebaikan yang menjadi teman saat kita kembali kepada Allah SWT. Sebenar-benarnya kebahagiaan adalah kebahagiaan di akhirat, oleh karena itu ketika masih di dunia mari kita kumpulkan amal baik untuk mendapatkan kebahagiaan kekal di akhirat nanti.
Bahagia berzakat merupakan upaya untuk menjadikan kebahagiaan dirasakan oleh semua pihak, baik mereka yang memberi maupun yang menerima. Dengan berzakat tidak hanya menggugurkan kewajiban seorang muslim, namun sebagai awal dari menabur kehagiaan dunia maupun akhirat, oleh karena itu mari sahabat semua kita tebar kebahagiaan untuk diri kita dan mereka yang membutuhkan dengan menunaikan zakat melalui rekening zakat a.n LAZNAS Al Irsyad Bank Syariah Indonesia (451) 735-725-7152, Bank Mega Syariah (506) 200-911-7700, ataupun Bank Rakyat Indonesia (002) 0077-001333-111-567.